Analogikan bahwa kita adalah dua pendaki, akan menndaki sebuah gunung yang aku ibaratkan sebagai tujuan. Saat mendaki gunung, begitu banyak cerita, keramahan alam dan cerita sepanjang perjalanan aku ibaratkan cerita bahagia kita seperti berbicara di telepon hingga malam lewat, membicarakan sesuatu yang tidak penting tapi menyenangkan, satu room gaming, atau sikap sederhanamu bertanya kabar setiap hari yang aku lewati.
Tetapi jalan mendaki gunung juga tidak mudah, curam, banyak terjal, hingga kehabisan bekal ditengah perjalanan, seperti kita saat sesuatu tidak beres terjadi dan kita bertengkar, kadang ada rasa kesabaran yang menemukan solusi agar kita menemukan cara menuju puncak gunung.
Tetapi bisa juga pada akhirnya kita berbeda keputusan untuk mengambil jalan yang berbeda menuju puncak.
Aku dan kamu ibarat pendaki yang sudah kelelahan. Kita tak bisa melanjutkan perjalanan – kita butuh istirahat, menenangkan diri, dan merenungi keadaan.
Jika sudah, kita akan berpikir mana jalan yang akan ditempuh, jika sama maka kita bisa kembali mendaki bersama, tapi jika tidak kita tidak perlu berdebat, memilih jalan yang berbeda bukan suatu masalah yang perlu diributkan.
Memang, mencapai puncak bukan hal yang mudah. Wajar saja jika perlu usaha, doa dan pengorbanan. Yang terpenting adalah tujuannya, masalah pendaki yang alan bersama kita, biarlah perjalanan dan kehendak Allah yang memutuskan
Komentar
Posting Komentar