PBB melalui UNHCR merilis jumlah pengungsi Suriah terbesar yaitu di Turki dengan jumlah 5.018.168 orang Suriah telah meninggalkan negeri mereka dan mengungsi di wilayah itu sejak konflik Suriah meletus pada Maret 2011. Warga Suriah tak berhenti berjuang disini, bukan berarti pancari suaka hanya berhenti di tempat yang aman, mereka harus mulai menyambung kehidupan ditempat baru.Bahasa baru, lingkungan baru, peraturan baru, dan bagi mereka juga kehidupan baru. Tidaklah semudah warga pribumi unuk mendapatkan kesempatan bekerja, maapun sekedar mendapat hak seorang manusia.
"Apakah saya memiliki kekhawatiran? Tentu saja, saya khawatir soal adanya diskriminasi, kelompok-kelompok ekstremis anti-pengungsi, dan bagaimana hal itu bisa mempengaruhi hidup saya di negara ini, atau negara lain."
Ketika saya turun dari bus, anak-anak berwajah lusuh dengan membawa kertas bertuliskan "HELP US, WE'RE FROM SYRIA" ketika saya mengeluarkan beberapa lira di kantong, teman saya berasal dari izmir bilang, jangan kau beri mereka atau mereka akan malas dan menjadi peminta-minta.
Meminta-minta memang salah satu pekerjaan yang dibenci oleh Allah, tapi rasa iba selalu muncul, sehingga ada beberapa chips yang aku beli dipemberhentian kuberikan kepada mereka. Mereka terdiam dan mengambil snack.
Tak berhenti disana, selama berjalan di bahu Shuttle Bus banyak sekali pengungsi Suriah yang bisa membedakan antara warga pribumi dan mereka yang mencari suaka.
Kemudia saat selesai mengunjungi Aya Sophia bersama teman-teman. Ada seseorang berkulit hitam membuka lapaknya sendirian diinggir jalan.Yang tersuguh tidak banyak,hanya sabuk, dompet dan beberapa benda dari kulit sintesis. Ku kira mungkin Ia dari Afrika, karena tidak sedikit warga Afrika yang bekerja di Istanbul. Saat memilih barang-barang ku sempatkan bertanya, yakali dengan keramahan orang Indonesia bisa kudapatkan diskon belanja. Namanya Ahmed, sebenarnya Ia dari Suriah, Ia dan keluarganya memang bukan asli penduduk Suriah, lewat ayahnya Ia dapatkan kulit negronya, Ia bercerita padaku jikapun ada manusia yang mengeluh karena tak punya teman maka pandanglah dia, Baginya menjadi orang yang "berbeda" sekaligus menjadi "pengungsi" adalah hal yang tak bisa lepas darinya, sudah enam bulan lebih Ia berada di Turki, sebagian keluarganya ada yang berada di Aljazair, Jordan dan Jerman.
"Apa yang kau keluhkan? Kekasihmu tak bisa menghubungimu? Bahkan aku harus berpikir setiap hari apakah Ibuku masih hidup."Ia menyampaikan orang Suriah memang banyak yang malas, tapi tak sedikit dari mereka yang bekerja keras mencari kehidupan yang lebih baik. Baginya dibanding Ia mengemis, Ia lebih senang menjual barang replika kulit seperti ini dibandingkan harus mengemis.
"Mana lagi yang tidak aku syukuri dibanding berjualan sambil melihat Aya Sophia dan Adzan Blue Mosque berkumandang, Apalagi yang tak kusyukuri?"Selama ini seorang kawan dari Jordan namanya Kholoud, menemaniku berbelanja dan ke Masjid di hari-hari City Tour, karena bahasanya yang lebih kaya dibandingkan aku dan keterbukaannya kepadaku kami jadi lebih sering mendengarkan kisah orang-orang Suriah.
Pemerintah Turki menunjuk sekolah-sekolah di beberapa kota untuk bisa menampung anak-anak Suriah bersekolah. Ada yang gratis, ada juga yang memerlukan uang pendaftaran untuk bisa masuk. Presiden mereka memang sangat baik hati, Istanbul yang sepi kini makin ramai orang-orang yang membawa kisah baru didalamnya.
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ -٧-
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan Menambah (nikmat) kepadamu.” (Ibrahim 7)
Maka dibanding kelelahan kita kuliah pagi pulang petang, masih ada manusia yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan.
Maka dibanding dengan kita mengeluhkan makan-makanan sederhana, masih ada anak yang menjual air dengan harga 1 TL (3500) untuk dia makan sekedar nasi atau sepotong roti
Maka dibanding kita yang mengeluh di perantauan dan jarang bertemu orangtua hanya berkabar dengan pesan singkat, masih ada mereka yang berpikir apakah keluarganya masih hidup?.
Maka Nikmat Tuhan Manakah yang Kamu Dustakan? (QS Ar-Rahman)
Komentar
Posting Komentar