Analogikan bahwa kita adalah dua pendaki, akan menndaki sebuah gunung yang aku ibaratkan sebagai tujuan. Saat mendaki gunung, begitu banyak cerita, keramahan alam dan cerita sepanjang perjalanan aku ibaratkan cerita bahagia kita seperti berbicara di telepon hingga malam lewat, membicarakan sesuatu yang tidak penting tapi menyenangkan, satu room gaming , atau sikap sederhanamu bertanya kabar setiap hari yang aku lewati. Tetapi jalan mendaki gunung juga tidak mudah, curam, banyak terjal, hingga kehabisan bekal ditengah perjalanan, seperti kita saat sesuatu tidak beres terjadi dan kita bertengkar, kadang ada rasa kesabaran yang menemukan solusi agar kita menemukan cara menuju puncak gunung. Tetapi bisa juga pada akhirnya kita berbeda keputusan untuk mengambil jalan yang berbeda menuju puncak. Aku dan kamu ibarat pendaki yang sudah kelelahan. Kita tak bisa melanjutkan perjalanan – kita butuh istirahat, menenangkan diri, dan merenungi keadaan. Jika sudah, kita akan berpikir
Bandara : Antara Pertemuan dan Perpisahan Selain dellay dan mendapatkan biskuit gratis dari Lion Air, hal menyebalkan yang ada di bandara adalah perpisahan. Baik bagi mereka yang merantau, yang meinggalkan kenangan baiknya atau berusaha hidup kembali ditempat lain. Seburuk-buruknya perpisahan adalah yang tidak dilakukan dengan kedamaian hati dan ke ikhlasan. Baik sebuah kedamaian di hati untuk rela meninggalkan dan mencari penghidupan yang baik, disertai keikhlasan orang-orang yang kita tinggalkan, karena restu adalah doa penyelamat perjalananmu, Baik hanya sekedar sepatah ucapan selamat tinggal atau rangkaian doa dari umi atau abi. Tapi ada juga penantian yang terjawab dari sebuah langkah kaki yang tiba di bandara, yaitu pertemuan. Melepaskan rindu dan hingar bingar senyuman yang menghiasi wajah, atau bahkan tangisan kebahagian. Karena sejatinya, pulang adalah jawaban terbaik dari segala masalah kita. Termasuk pulang ke rahmatullah. Untuk kita yang ingin